Sains, Fantasi, Malaikat, Politik, dan Patah Hati

Di Minggu pagi yang gak-tau-cerah-atau-enggak-karena-gue-belum-keluar-kamar, gue mau nulis dikit dikarenakan bangun kepagian dan bingung mau ngapain.

Banyak hal yang menarik rasa penasaran gue di dunia ini. Banyak.

Contohnya aja, gue sendiri bingung, di satu sisi gue ini mencintai sains dan hal pasti lainnya, di satu sisi lainnya gue tenggelam dengan lamunan-lamunan dan fantasi.

Di sains, meskipun gue gak so scientific person, kuliah di Computer Science dan melakukan pemrogramman aja cukup merangkum ketertarikan gue. Gue lumayan mengikuti berita teknologi. Gue tertarik sama proses pembentukan bumi, di antara banyak teori, yang paling tenar dan emang gue terima adalah teori Big Bang. Ini menuntun gue pada ketertarikan sejarah dan agama.

Ketika otak kiri gue terus bilang kalau gue ini orangnya logis, tapi otak kanan gue selalu mempercayai ada alien di luar sana. Pemikiran-pemikiran gue lebih seru dari dunia ini dan segala isinya. Gue terobsesi sama naga. Dragons!

Lalu gue suka sejarah dan mitologi, Firaun mana yang memburu Nabi Musa? Ramses II atau Tutankhamun? Apakah Nabi Nuh itu albino? Malaikat yang menolak sujud pada Allah itu Zaphniel, alias Bintang Fajar, alias Cahaya Pagi, alias Lucifer, salah satu Arc Angel tertinggi di surga. Di atas kasta Arc Angel ada Seraphim, punya 8 sayap. Nabi Yakub di Injil diceritakan menang lawan Tuhan kemudian menang. Konyol banget anjir. Menurut gue itu Samael salah satu Seraphim yang sayapnya ditebas 1 oleh Yakub menggunakan pedang Michael. Karena dari yang gue baca-baca, menurut versi Injil dan Torah, Samael malaikat yang paling bebas naik-turun ke surga-neraka.  Tapi Yakub menang dengan harus merelakan dirinya menjadi cacat. Lain kali kita bahas ini aja.

Mengetahui lini masa dunia ini dari  kerajaan terbesar Persia yang diruntuhkan sama pasukan Alexander The Great yang baru 10 tahun menjadi raja, kemudian dikalahkan Romawi yang mencapai puncak kejayaan dari Julius Caesar, terus kelahiran Jesus sampai Nabi Muhammad SAW. Lalu memasuki zaman Abad Pertengahan, Katolik yang terpecah menjadi barat dan timur rela bersatu buat lawan Sultan Mehmed II dari Ottoman mempertahankan Konstantinopel di Perang Salib terakhir, kemudian menjadi ibukota Kerajaan Ottoman, namanya diganti menjadi Istanbul. Penaklukan paling dramatis, menurut gue. Setelahnya, menjadi akhir dari Abad Pertengahan, masuklah zaman Renaisans, dimana seni menjadi doktrin setiap aspek. Dante Aghlieri, Michaelangelo, Leonardo DaVinci menjadi seniman paling berpengaruh saat itu. Dante menulis 3 buku Inferno, Purgatory, Paradiso. Menurut asumsi gue, Inferno-nya dante terinspirasi dari Al-Quran, dia menggambarkan 9 tingkat neraka yang harus ditebus manusia untuk bisa mencapai ke surga. Dari buku Dante itu, nyaris sebagian besar penduduk Eropa akhirnya menggunakan gereja sebagai tempat peribadatan. Dan penggambaran neraka dengan api dan iblisnya hingga sekarang, kayaknya warisan Dante yang terbaik. Kemudian setelah zaman Renaisans ada zaman Barok, dilanjutkan dengan zaman industri. Dimulai dari revolusi Perancis atas para bangsawan yang monarki, Raja Louis XVI dan istrinya yang suka foya-foya, Marie Antoinette, dihukum mati sama rakyatnya dengan pisau penggal Guillotine, anaknya Louis XVII juga (lagu Coldplay – Viva La Vida menjadi soundtrack 2 kalimat di atas). The Three Musketeers kayaknya hidup di periode ini, itu kalaupun mereka beneran ada. Terus yang memalukannya dari diri gue, gue gak tau tahun segitu Indonesia lagi ngapain? Apakah Islam beneran baru mulai masuk di tahun 1600? Berarti Majapahit udah ada di Abad Pertengahan dan 1 generasi dengan Gengis Khan? Gengis Khan yang punya pasukan 2 kali lipat lebih besar dari Alexander The Great, 4 kali lebih besar dari Romawi itu lho, punya anak namanya Kubilai Khan. Gue yakin Amerika masih padang savana dan hutan belantara, dengan rakyatnya yang masih banyak shaman dan dukun-dukun lainnya. Sampai akhirnya Perang Dunia pertama, Perang Dunia kedua yang mengejutkan dunia ada si Amerika yang tiba-tiba kuat. Kemerdekaan Indonesia. Neil Armstrong ke bulan. Perpecahan USSR. Hingga sekarang, Zaman moderen. Untuk selamat dari berbagai macam perubahan zaman, manusia cuma punya satu opsi tunggal dari zaman peradaban manusia pertama di Mesopotamia, sampai zaman manusia bangsat kayak sekarang ini: adaptasi.

Dari semua rasa penasaran gue di dunia ini, politik bukan salah satunya. Pembahasan politik di Twitter dan situs berita selalu gue skip. Terlalu banyak kebusukkan dalam satu kata itu. Ribet. Tapi makin banyak baca, gue makin tau kalau meskipun gue gak peduli sama politik, politik tetap peduli sama gue. Mereka butuh suara gue. Pilihlah dengan pintar. Jangan memilih seorang ambisius yang pengin banget jadi presiden sejak dia SMA, yang melakukan cara apapun termasuk kudeta, penculikan, pembunuhan massal, dan korupsi. Penjahat HAM dan perusak negara gak pantes banget jadi presiden. Tentu saja, ketika dirinya selangkah lagi jadi presiden NKRI, datang orang Solo yang lugu dan diprediksi kuat bakal jadi presiden, ya kalang kabutlah si capres dari Gerindra itu. Gue yang awam begini sadar kok, dia gak baik.

Pada akhirnya nanti gue bukan memilih capres yang mau gue pilih, gue memilih capres demi mengurangi kesempatan capres yang gak pengen gue pilih, terpilih.

Sama juga seperti orang-orang di sekitar kita. Selain keluarga, semua orang berusaha menjatuhkan kita. Tinggal kita pilih siapa-siapa aja yang layak untuk kita ‘terjatuh’ demi siapa. Pilihlah yang jatuhnya paling enggak terlalu sakit. Jatuh cinta, ambil pelajarannya, kemudian patah hatilah, karena patah hati adalah sakit yang enggak terlalu menyakitkan.

One thought on “Sains, Fantasi, Malaikat, Politik, dan Patah Hati

Leave a comment